TENTANG KAMI

OMPU SALEAN, SIAMPUDAN NI TUAN SIHURING

Tuan Sihuring tinggal di huta Parsuratan, dan terkenal karena dia seorang dukun besar pada saat itu.

Tuan Sihuring, dukun besar yang terkenal itu pergi meninggalkan huta Parsuratan menuju ke huta Lumban Sangkalan Sitorus, karena ada panggilan/undangan dari Lumban Sangkalan Sitorus untuk membantu mereka menghadapi pertentangan/perselisihan dengan kampung tetangga berkaitan dengan batas-batas wilayah.

Tuan Sihuring pergi dari huta Parsuratan, kampung tempat dia dilahirkan, meninggalkan istrinya boru Hasibuan dan tiga orang puteranya yang masih kecil-kecil yaitu: Pangarisan, Partumpuan, dan Tuan Nagani.

Setelah sekian lama tinggal di Lumban Sangkalan Sitorus, Tuan Sihuring menikah dengan boru Sitorus. Lahirlah seorang anak laki-laki bagi mereka. Ternyata sebelum menikah dengan Tuan Sihuring, Istrinya boru Sitorus telah memiliki kekasih marga Sirait Holbung. Boru Sitorus istri dari Tuan Sihuring mengikat janji kepada marga Sirait untuk menikah setelah Sirait pulang dari perantauan. Tetapi karena lama tidak ada kabar berita dari Sirait, akhirnya menikahlah boru Sitorus dengan Tuan Sihuring.

Singkat cerita marga Sirait kembali dari perantauan dan mendengar kabar bahwa kekasihnya telah menikah dengan pria lain. Panas hatinya dipenuhi rasa cemburu yang begitu besar kepada Tuan Sihuring tak terbendung lagi. Marga Sirait bermufakat untuk membunuh Tuan Sihuring. Tapi rencana pembunuhan tersebut sampai ke telinga Tuan Sihuring. Untuk menghindari pertumpahan darah, Tuan Sihuring dan Boru Sitorus sepakat agar Tuan Sihuring kembali ke Parsuratan membawa anak semata wayang mereka, anak buha baju mereka.

Betapa sedih hati mereka berdua saat akan berpisah. Saling berpelukan dan bertangis-tangisan. Apalagi ketika boru Sitorus memeluk dan mencium anak kesayangannya itu. Air matanya tumpah. Sambil menangis dia memeluk dan mencium anak buhabajunya itu.

Dia berjanji akan segera menyusul ke huta Parsuratan apabila keadaan sudah memungkinkan. Pulanglah Tuan Sihuring dengan anaknya yang masih bayi ke Parsuratan.

Pikirannya berkecamuk memikirkan istrinya boru Hasibuan. Apa yang akan dikatakannya kepada istrinya? Bagaimana nasib anaknya kelak?

Sampailah Tuan Sihuring di rumahnya, Istrinya boru Hasibuan menyambutnya dengan gembira. Kebetulan sudah malam ketika Tuan Sihuring tiba di rumah. Begitu pintu dibuka oleh boru Hasibuan, Tuan Sihuring langsung meletakkan anak bayinya ke salesalean yang ada di bagian atas tungku dapur rumah. Tidak ada sedikitpun rasa curiga dari boru Hasibuan. Dan anak itupun seperti mengerti situasi yang terjadi. Tidak menangis dan tidak rewel sama sekali.

Kebiasaan Tuan Sihuring kalau pergi meninggalkan rumah selalu membawa gendongan yang terbuat dari kulit kambing sebagai tempat peralatannya. Jadi anak bayi tersebut dia sembunyikan ke dalam gendongan tersebut untuk menghindari kecurigaan istrinya.

Setelah beristrihat beberapa saat akhirnya boru Hasibuan bertanya kepada Tuan Sihuring. Apa gerangan yang dibawanya (oleh-oleh) selama dia pergi.

Tuan Sihuring terdiam, sambil menarik nafas dia berkata, “Maukah kau berjanji padaku?” Boru Hasibuan mengangguk sambil berkata, “kalau berita sukacita yang kau bawa sama-samalah kita bersukacita, demikian pula sebaliknya.”

“Baiklah, aku membawa seorang bayi laki-laki yang kuletakkan di salesalean.” Jawab Tuan Sihuring. Boru Hasibuan menjawab,” Ternyata engkau membawa lebih daripada emas dan perak!”

Kemudian Tuan Sihuring mengambil anak itu dari Salesalean dan meletakkannya ke pangkuan istrinya. Lalu ucap istrinya, “ Anak bungsu kitalah dia!” Bagaimana aku mengasihi anak kita yang tiga lagi, begitu pula aku akan mengasihi dan merawat anak bungsu kita ini.”

Senang dan begitu gembira Tuan Sihuring melihat sikap istrinya terhadap anak bungsu mereka itu. Dia tidak menyangka kalau istrinya berlapang dada menerima kehadiran anak itu. Begitu juga dengan ketiga kakaknya (abangnya) bisa menerima kehadiran adik bungsu mereka dengan baik.

Boru Hasibuan tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangnya kepada keempat anaknya dan mereka memberi nama kepada bayi mereka SALEAN. Itulah Ompu Salean. Anak Siampudan ni Tuan Sihuring.

Horas!